CategoriesUncategorized

Bentuk dan penyebab masalah pendidikan

Bentuk dan penyebab masalah pendidikan

Program Paket Buku

Indonesia telah memodifikasi beberapa program. Hampir seluruh menteri pendidikan mengganti kurikulum lama dengan yang baru. Pembelajaran di sekolah telah lama didasarkan pada kurikulum sekolah. Sejak tahun 1960an dan 1970an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda. Di sini kita melihat peran guru yang statis, tidak inovatif, dan bahkan kurang menginspirasi. Model pembelajaran berbasis pelajaran

Mungkin hanya ada satu model pengajaran favorit di kalangan guru, yaitu metode ceramah. Model pengajaran ini sebenarnya sudah ketinggalan jaman, namun masih sering kita jumpai dalam praktik di kelas. Model pembelajaran seperti ini menjadikan pembelajar sebagai objek yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Dampaknya, kemampuan penalaran siswa semakin tidak berkembang dan tergantikan oleh kemampuan sekedar menghafal.

Kurangnya kapasitas dukungan infrastruktur dari regulator

Faktanya, pemerintah masih kurang memperhatikan kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan nasional. Kurangnya perhatian terhadap https://www.lkgtpqsoloraya.com/ pendidikan atas pelayanannya, kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan, dan kurangnya perhatian terhadap perbaikan. Dan juga lemahnya kontrol terhadap pemerataan dana pendidikan menjadi salah satu penyebab sulitnya mengembangkan pendidikan di Indonesia.

Peraturan yang membatasi

Peraturan ini berantai terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sekolah hendaknya mempunyai kurikulum sendiri berdasarkan karakteristiknya. Namun yang terjadi, karena adanya persyaratan RPP, program tersebut “menghalangi” kreativitas guru dan sekolah dalam mengembangkan keterampilannya. Administrasi – administrasi yang “menghalangi” guru sehingga memaksa mereka untuk lebih fokus pada administrasi, sehingga guru melupakan fungsi utamanya yang lain sebagai motivator, fasilitator,
mediator dan fasilitator

Suasana kelas yang kurang aktif

Pengajaran di kelas tampaknya sudah menjadi seragam. Siswa duduk tenang dengan tangan terlipat di depan meja dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa diwajibkan mendengarkan dan mengambil informasi dari pagi hingga sore. Selama ini, kemampuan bertanya tidak terpengaruh. Suasananya sangat kaku dan tidak kondusif terhadap pembelajaran yang berkualitas dan mandiri. Kurangnya pendidik (guru) yang kreatif
Salah satu ciri khas Finlandia yang merupakan negara dengan kualitas pendidikan tertinggi adalah gurunya mengajukan pertanyaan terbuka saat ujian. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan membaca buku. DI INDONESIA Hal ini tidak bisa dilakukan karena nanti akan banyak orang yang berbuat curang. Guru-guru di Indonesia belum siap menerapkan hal tersebut karena masih kesulitan membuat pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka sepertinya menjadi beban berat. Sebaiknya soal tertutup atau soal pilihan ganda, penilaiannya mudah, itu saja
pemikiran guru.

Paradoks politik PBB (National Review)

Apakah ujian nasional bisa dilaksanakan hingga tiga hari, dengan tiga mata pelajaran (matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris) sebagai standar mutu pendidikan Indonesia?

Tidak ada sedikitpun tujuan kecerdasan lain untuk menentukan derajat seseorang. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pelajar saat ini menderita depresi berat. Impian besar pembangunan bangsa Indonesia hancur karena sistem PBB yang tidak memihak.

Leave a Reply